Thursday, August 05, 2010

It's AVATAR!!! and 3D too.... haha

"wadoow matih!! udah 6 kurang seperempat, emang keburu ya sampe CP jam 7 buat nonton AVATAR 3D?? mana sekarang lebih macet dari biasanya... padahal belon musim balik mudik lebaran ;((("
 
"mumpung belon parkir, liat jam dulu deh... wew! 7 kurang seperempat; bener kan sejam baru nyampe!!! buset ini dah selap-selip driving, gimane gwe safety driving?! nonton apa ngga yak? parkir apa ngga???"
 
"ah yasuda, parkir ajaa... paling ngga klo batal nonton bisa manteng ke gramed, berburu diskon 30% lumayan juga"
 
"busettt itu serombongan orang masuk lift, dua2nya pulak!! jadi penuh sesak semua... trpaksa bereskalator ria deh sampe atas ;(("
 
"ngantriiii ni yeee... untung punya blitzcard, bye antrian ;p beli tiket, masih banyak ajeee!! untungnya nonton sendiri, bisa nyempil di tengah2, masih ada 1 kursi di baris D, wehehehe...... ok sekarang waktunya pake soft lenses!"
 
"loh, AVATAR produksi Disney tho?? eh ternyata baru film2 ekstra... keren2 booo!!! ekstranya 3D smuah!! *hysteria* mulai dari TRON -ini bukan kartun- (Disney), Guardian of the Fall -klo ga salah- (Dreamworks), Rapunzel (Disney), ama satu lagi apa yaa...?"
 
"ok, mulai ya 19:18, BOOK I: WATER!"
 
"ini 3D tulisannya doank yak??? kowq ga kerasa ada yang nongol2 gitu, selain teksnya?? udah jalan setengah jam woiiii...."
 
"gini ya efek 3D di film beneran?? klo jagoannya nongol di depan, latarnya jadi burem abis2an? ato karena softlens gue misplaced???"
 
"akhirnya ada gambar yang keren juga!!! kapal perangnya negara api, wowww............"
 
"abis nonton, seru juga 'nontonin' orang2 susah yang berebutan diskon di gramed lantai 3, xixixi..... klo ga nonton pun gue bakal masuk jadi orang susah diantara mereka, tapi sutralah, masih ada sabtu-minggu besok, biarpun antriannya bakal makin menggila, gak papa klo nanti bisa dicolek2 ama cewe kece........"

Thursday, April 15, 2010

[renungan] KETIDAKPASTIAN

BERTAHAN DALAM KETIDAKPASTIAN
 
 
Ketidakpastian, mampukah kita menghadapinya? Saat hidup kita diganggu oleh penyakit yang tak tersembuhkan, seperti apakah anak kita bila ia besar nanti, atau apakah kita masih bekerja di tempat yang sekarang bulan depan.
 
Berhentilah sejenak dan baca Lukas 9:57-58.
 
"Aku akan mengikuti-Mu kemana pun Engkau pergi, Tuhan."
 
Saya yakin ada ketulusan dalam diri oknum yang menyatakan kalimat ini. Saat itu, dengan banyaknya mukjizat yang dilakukan, tak heran bila popularitas Yesus sedang memuncak. Yang kemungkinan besar tak diketahui si oknum adalah: bahwa pada saat itu sang Rabi sesungguhnya tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap.
 
Yesus dan pengikut-pengikutnya sedang dalam perjalanan dari Galilea menuju Yerusalem, tempat Ia menyerahkan diri untuk mati di salib. Dan dalam prosesnya Ia harus melalui Samaria.
 
Di masa itu ada pemisah yang besar antara orang Yahudi dan Samaria akibat ketidaktaatan orang Samaria yang melakukan kawin campur dan pencampuran agama (sinkretisme). Berabad-abad lamanya mereka telah mempunyai kepercayaan dan tempat pemujaan sendiri, di gunung mereka sendiri (Yoh 4:20), sehingga orang Yahudi tidak mau bergaul dengan mereka (Yoh 4:9). Tetapi Yesus tidak datang untuk menghakimi, melainkan untuk menyelamatkan (Yoh 12:47); jadi Ia tetap berjalan terus menuju tempat yang - menurut orang Yahudi lain - tidak pantas untuk dilewati.
 
Itulah sebabnya ketika ada seorang pengagum yang mengungkapkan keinginannya untuk mengikuti-Nya, Yesus menurunkan ekspektasinya dengan mengatakan bahwa "... Anak Manusia bahkan tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalanya." (Luk 9:58)
 
***
 
Tidak dijelaskan apa respon selanjutnya dari sang oknum. Yang terpenting adalah pertanyaan yang terimplikasi dari pernyataan Tuhan tadi: Dapatkah Engkau bertahan menghadapi ketidakpastian? Dapatkah Engkau bertahan dari keadaan dimana Engkau tidak tahu BAGAIMANA Tuhan akan menyediakan kebutuhanmu yang paling mendesak dan TETAP PERCAYA bahwa Ia akan menyediakannya apa pun caranya?
 
Persis seperti itu juga pertanyaan yang ingin dilontarkan Yesus kepada para pengikut-Nya. Dan pastinya setiap murid yang sejati akan terus bergumul dengan pertanyaan ini sepanjang hidup mereka mengikut sang Anak Manusia. Kita tidak tahu darimana Tuhan akan menyediakan keperluan kita. Keadaan di luar sana akan terlihat mengkhawatirkan, bahkan mengancam jiwa kita. Rencana yang kita buat tidak berjalan sempurna. Orang di luar akan mengecewakan kita. Mereka akan menolak, mungkin juga akibat kesalahpahaman mereka kepada kita, kepada misi yang kita emban. Jika hal-hal ini terjadi pada Yesus dua ribu tahun yang lalu, apakah berlebihan jika ini juga terjadi kepada kita, pengikut-pengikut-Nya? Dan Ia tidak mengharapkan kita untuk marah menghadapi semuanya ini. Lihat akan hardikannya kepada Yakobus dan Yohanes karena mereka ingin meminta Tuhan supaya membakar Samaria saat kota itu menolak misi mereka (Luk 9:55).
 
Yesus tidak mau kita dikuasai oleh rasa takut pada masa-masa seperti ini. Ia mau kita untuk selalu bertindak atas dasar iman. Mengapa? Karena ketidakpastian dalam hidup kita hanya kulit luarnya saja. Bila dikupas lebih dalam, akan terlihat kepastian hidup dalam Tuhan, yaitu bahwa masa depan dan penyertaan Tuhan selalu ada dalam setiap detik hidup kita. Dan jangan lupakan juga kepastian jaminan keselamatan kita! Dialah yang empunya kuasa dan kemuliaan, yang akan memampukan semua hal terjadi demi kebaikan kita, yaitu orang-orang yang mengasihi Dia (Rom 8:28).
 
Yang mungkin kemudian tidak kita sadari, adalah bahwa justru dalam situasi ketidakpastian ini kuasa Tuhan kita rasakan dengan sangat kuat. Berbeda dari masa-masa "gampang", masa-masa ini menunjukkan bahwa Tuhan benar-benar akan mengaruniakan berkat kepada mereka yang dengan sungguh-sungguh mencari Dia (Ibr 11:6)
 
Nah, jika saat ini Anda merasa sedang berada dalam masa sulit nan penuh ketidakpastian, tetaplah tegar. Anda hanya sedang mengalami bagaimana rasanya mempunyai Allah yang "mempersiapkan hal-hal yang terbaik bagi mereka yang menanti-nantikan Dia" (Yes 64:4).
 
-=*-*=-
 
*disarikan dari Desiring GOD Blog
(klik di sini untuk melihat artikel aslinya; oleh Jon Bloom)