Wednesday, August 10, 2011

Ada kebakaran! Di mana?

Dan terjadilah...
 
Kemarin ada kebakaran menimpa sebuah gedung di Jl. Menteng Raya, Jakarta Pusat; tepat di sebelah SPBU Shell, di seberang sekolah kolose Kanisius. Mungkin ini kali kedua dalam 2 minggu terakhir ada kebakaran yang membuat Jakarta yang sudah macet ini tambah menaikkan tensi penduduknya.
 
Tapi yang saya mau ceritakan bukan itu! Sejak lahirnya akun twitter @landcroc - yang mendeskripsikan pemiliknya sebagai, salah satunya: "lazyblogger" - benar-benar membuat saya malas menulis untuk blog ini. Mungkin benar deskripsi untuk twitter, yaitu sebagai sarana micro-blogging; karena jelas, setelah berkontribusi nge-blog di twitter, hasrat perlahan padam untuk mengecat blog ini dengan warna-warni hidupku.
 
SUMPAH MATI, ini sudah semakin melenceng! Yang mau saya sampaikan awalnya hanya ini: Ada kebakaran di menteng.
 
Lucunya, bersamaan dengan kejadian ini, ada e-mail masuk di salah satu milis dengan subjek "[nama-milis] Kebakaran graha adira menteng", beserta foto dari tempat kejadian. Sejenak kemudian muncul balasan (one-liner reply, tipikal paling dihindari dalam etika bermilis): "Bro, itu Graha Adira yang di Menteng ya?"
*hening sejenak*
Paginya baru datang balasannya (dari seseorang yang berbeda lagi): "Iya, itu Graha Adira yang di Menteng"
 
Jadi... dimana lucunya?? Silakan isi komen kalau tidak mengerti, nanti saya jawab ;D
 
 
 
@landcroc
@awt_shp

Thursday, August 05, 2010

It's AVATAR!!! and 3D too.... haha

"wadoow matih!! udah 6 kurang seperempat, emang keburu ya sampe CP jam 7 buat nonton AVATAR 3D?? mana sekarang lebih macet dari biasanya... padahal belon musim balik mudik lebaran ;((("
 
"mumpung belon parkir, liat jam dulu deh... wew! 7 kurang seperempat; bener kan sejam baru nyampe!!! buset ini dah selap-selip driving, gimane gwe safety driving?! nonton apa ngga yak? parkir apa ngga???"
 
"ah yasuda, parkir ajaa... paling ngga klo batal nonton bisa manteng ke gramed, berburu diskon 30% lumayan juga"
 
"busettt itu serombongan orang masuk lift, dua2nya pulak!! jadi penuh sesak semua... trpaksa bereskalator ria deh sampe atas ;(("
 
"ngantriiii ni yeee... untung punya blitzcard, bye antrian ;p beli tiket, masih banyak ajeee!! untungnya nonton sendiri, bisa nyempil di tengah2, masih ada 1 kursi di baris D, wehehehe...... ok sekarang waktunya pake soft lenses!"
 
"loh, AVATAR produksi Disney tho?? eh ternyata baru film2 ekstra... keren2 booo!!! ekstranya 3D smuah!! *hysteria* mulai dari TRON -ini bukan kartun- (Disney), Guardian of the Fall -klo ga salah- (Dreamworks), Rapunzel (Disney), ama satu lagi apa yaa...?"
 
"ok, mulai ya 19:18, BOOK I: WATER!"
 
"ini 3D tulisannya doank yak??? kowq ga kerasa ada yang nongol2 gitu, selain teksnya?? udah jalan setengah jam woiiii...."
 
"gini ya efek 3D di film beneran?? klo jagoannya nongol di depan, latarnya jadi burem abis2an? ato karena softlens gue misplaced???"
 
"akhirnya ada gambar yang keren juga!!! kapal perangnya negara api, wowww............"
 
"abis nonton, seru juga 'nontonin' orang2 susah yang berebutan diskon di gramed lantai 3, xixixi..... klo ga nonton pun gue bakal masuk jadi orang susah diantara mereka, tapi sutralah, masih ada sabtu-minggu besok, biarpun antriannya bakal makin menggila, gak papa klo nanti bisa dicolek2 ama cewe kece........"

Thursday, April 15, 2010

[renungan] KETIDAKPASTIAN

BERTAHAN DALAM KETIDAKPASTIAN
 
 
Ketidakpastian, mampukah kita menghadapinya? Saat hidup kita diganggu oleh penyakit yang tak tersembuhkan, seperti apakah anak kita bila ia besar nanti, atau apakah kita masih bekerja di tempat yang sekarang bulan depan.
 
Berhentilah sejenak dan baca Lukas 9:57-58.
 
"Aku akan mengikuti-Mu kemana pun Engkau pergi, Tuhan."
 
Saya yakin ada ketulusan dalam diri oknum yang menyatakan kalimat ini. Saat itu, dengan banyaknya mukjizat yang dilakukan, tak heran bila popularitas Yesus sedang memuncak. Yang kemungkinan besar tak diketahui si oknum adalah: bahwa pada saat itu sang Rabi sesungguhnya tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap.
 
Yesus dan pengikut-pengikutnya sedang dalam perjalanan dari Galilea menuju Yerusalem, tempat Ia menyerahkan diri untuk mati di salib. Dan dalam prosesnya Ia harus melalui Samaria.
 
Di masa itu ada pemisah yang besar antara orang Yahudi dan Samaria akibat ketidaktaatan orang Samaria yang melakukan kawin campur dan pencampuran agama (sinkretisme). Berabad-abad lamanya mereka telah mempunyai kepercayaan dan tempat pemujaan sendiri, di gunung mereka sendiri (Yoh 4:20), sehingga orang Yahudi tidak mau bergaul dengan mereka (Yoh 4:9). Tetapi Yesus tidak datang untuk menghakimi, melainkan untuk menyelamatkan (Yoh 12:47); jadi Ia tetap berjalan terus menuju tempat yang - menurut orang Yahudi lain - tidak pantas untuk dilewati.
 
Itulah sebabnya ketika ada seorang pengagum yang mengungkapkan keinginannya untuk mengikuti-Nya, Yesus menurunkan ekspektasinya dengan mengatakan bahwa "... Anak Manusia bahkan tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalanya." (Luk 9:58)
 
***
 
Tidak dijelaskan apa respon selanjutnya dari sang oknum. Yang terpenting adalah pertanyaan yang terimplikasi dari pernyataan Tuhan tadi: Dapatkah Engkau bertahan menghadapi ketidakpastian? Dapatkah Engkau bertahan dari keadaan dimana Engkau tidak tahu BAGAIMANA Tuhan akan menyediakan kebutuhanmu yang paling mendesak dan TETAP PERCAYA bahwa Ia akan menyediakannya apa pun caranya?
 
Persis seperti itu juga pertanyaan yang ingin dilontarkan Yesus kepada para pengikut-Nya. Dan pastinya setiap murid yang sejati akan terus bergumul dengan pertanyaan ini sepanjang hidup mereka mengikut sang Anak Manusia. Kita tidak tahu darimana Tuhan akan menyediakan keperluan kita. Keadaan di luar sana akan terlihat mengkhawatirkan, bahkan mengancam jiwa kita. Rencana yang kita buat tidak berjalan sempurna. Orang di luar akan mengecewakan kita. Mereka akan menolak, mungkin juga akibat kesalahpahaman mereka kepada kita, kepada misi yang kita emban. Jika hal-hal ini terjadi pada Yesus dua ribu tahun yang lalu, apakah berlebihan jika ini juga terjadi kepada kita, pengikut-pengikut-Nya? Dan Ia tidak mengharapkan kita untuk marah menghadapi semuanya ini. Lihat akan hardikannya kepada Yakobus dan Yohanes karena mereka ingin meminta Tuhan supaya membakar Samaria saat kota itu menolak misi mereka (Luk 9:55).
 
Yesus tidak mau kita dikuasai oleh rasa takut pada masa-masa seperti ini. Ia mau kita untuk selalu bertindak atas dasar iman. Mengapa? Karena ketidakpastian dalam hidup kita hanya kulit luarnya saja. Bila dikupas lebih dalam, akan terlihat kepastian hidup dalam Tuhan, yaitu bahwa masa depan dan penyertaan Tuhan selalu ada dalam setiap detik hidup kita. Dan jangan lupakan juga kepastian jaminan keselamatan kita! Dialah yang empunya kuasa dan kemuliaan, yang akan memampukan semua hal terjadi demi kebaikan kita, yaitu orang-orang yang mengasihi Dia (Rom 8:28).
 
Yang mungkin kemudian tidak kita sadari, adalah bahwa justru dalam situasi ketidakpastian ini kuasa Tuhan kita rasakan dengan sangat kuat. Berbeda dari masa-masa "gampang", masa-masa ini menunjukkan bahwa Tuhan benar-benar akan mengaruniakan berkat kepada mereka yang dengan sungguh-sungguh mencari Dia (Ibr 11:6)
 
Nah, jika saat ini Anda merasa sedang berada dalam masa sulit nan penuh ketidakpastian, tetaplah tegar. Anda hanya sedang mengalami bagaimana rasanya mempunyai Allah yang "mempersiapkan hal-hal yang terbaik bagi mereka yang menanti-nantikan Dia" (Yes 64:4).
 
-=*-*=-
 
*disarikan dari Desiring GOD Blog
(klik di sini untuk melihat artikel aslinya; oleh Jon Bloom)

Friday, April 10, 2009

My Chosen Ones...

Judul "I Choosed You" yang kemaren gue posting memang mengandung kesalahan dari segi grammar; secara implisit mengekspresikan perasaan gue yang takut salah memilih dalam pemilu legislatif kali ini. Ok, gue mengamini bahwa para penguasa dan pemerintahan di dunia ini dipilih TUHAN (Roma 13:1), artinya semuanya terjadi atas izin-Nya. Tapi bukan berarti bahwa setiap pemilih trus bebas dari tanggung jawabnya atas pilihannya masing-masing. Makanya mempertimbangkan pilihan dengan sebaik-baiknya adalah tindakan yang wajib sebelum menentukan pilihan.
 
Dan inilah hasil pilihan gue pada pemilu barusan:
 
1. DPR
Partai: 28 - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Caleg: 1 - Drs. Effendi M.S. Simbolon
Kenapa pilih dia?
Saat ini, partai ini yang paling gue percayai di antara partai-partai lainnya. Keputusannya dalam beberapa kali pemungutan suara di DPR terkait isu-isu krusial cukup menentramkan hati. Anggotanya pun relatif bersih dari korupsi dibanding partai-partai besar lain. Semoga dengan mendapat suara di atas 20% cukup untuk memajukan calon presiden sendiri dan mengoreksi kesalahan pada periode 2001-2004.
Soal caleg, ga bisa boong, popularitasnya di atas nama-nama yang lain. Pola pikirnya menurut gue cukup cerdas dan integritasnya teruji.
 
2. DPRD I
Partai: 25 - Partai Damai Sejahtera
Caleg: --
Kenapa pilih dia?
Gue pilih partai ini karena untuk tingkat daerah, gue cukup nyaman mewakilkan aspirasi gue kepada partai ini. PDIP mungkin juga bisa berperan sebagai benteng terakhir penentang penerapan syariat islam di DKI, tapi gue masih kecewa karena dukungan mereka ke Sutiyoso beberapa tahun lalu. Calegnya ga kenal semua sih, terserah deh siapa aja, gudlak yah dalam membubarkan Buddha Bar, gue dukung!!!
 
3. DPD
Caleg: 40 - Dr. Victor Silaen, MA
Kenapa pilih dia?
Peer pressure? Hahaha... Yah, integritas nomor satu! Sebagai politisi senior, sumbangan pemikirannya banyak, dan jelas tidak akan melacurkan jabatannya kelak. Pertimbangan kampanye juga penting. Tidak ada selembar poster mengenai dirinya yang gue liat di jalan-jalan. Mungkin ada beberapa stiker kecil, cukup untuk ditempel di kendaraan pribadi, tapi itu pun belum pernah gue liat (cuma pernah baca kalo ada yang nempelin stikernya di motor -> artinya ini stiker kecil banget, hehehe...). Rupanya ia menerapkan prinsip "tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." (2 Kor 4:18)
Perjuangannya menjadi caleg pun gue ikuti, betapa ia dengan gigihnya mengumpulkan fotokopi KTP sebagai prasyarat maju menjadi caleg, dibantu tim suksesnya yang semuanya bekerja tanpa berharap imbalan. Satu mungkin yang sempat menjadi ganjalan kecil, yaitu gue inget betapa 5 tahun yang lalu ia mengunggulkan SBY sebagai presiden RI, dimana gue menyangsikan analisanya (maaf Bang, mungkin mau bertukar pikiran ama bokap gue? Teorinya radikal tapi sejauh ini banyak terbukti, dari jaman orde baru...)
 
Tentu gue berharap pilihan gue ini bisa membantu Indonesia ke arah pembangunan yang lebih baik dan suara gue ga terbuang sia-sia. Niat gue pun bukan untuk kampanye, makanya nama-nama ini baru gue rilis setelah pemilu selesai. Namun buat yang mungkin butuh sumbang saran sebelum pemilu berikutnya, gue dengan senang hati akan membantu, walaupun mungkin pada akhirnya malah gue yang akan belajar lebih banyak, karena ilmu gue pun masih sedikit.
 
 
Sampai bertemu di pemilu berikutnya...
(sebelumnya, simak reportase lengkap prosesi gue di TPS)

GOLPUTers dan Mahkota Ego

Bicara golput di negara maju seperti Amerika Serikat atau Perancis misalnya, tidak ada gregetnya. Sudah wajar bahwa di negara yang banyak imigrannya, yang penting bagi mereka adalah kerja dan cari duit. Siapa pun yang akan berkuasa tidak berpengaruh banyak bagi mereka. Hidup tidak akan menjadi buruk secara ekstrim. Di Indonesia sendiri sikap masa bodoh ini mirip dengan keadaan di atas, hanya saja dalam ekstrim yang sebaliknya. Di sini, yang golput berpendapat siapa pun yang berkuasa tidak berpengaruh, hidup tidak akan menjadi baik secara ekstrem. Tren ini mulai ada sejak tahun 90an, karena jenuh dengan penipuan rezim orde baru. Sempat menurun di era reformasi, sekarang kalangan golput kembali meningkat melihat kelakuan anggota dewan "yang terhormat" sama sekali tidak patut dihormati, ditambah sistem pemilihan caleg yang dinilai terlalu rumit dan belum waktunya diterapkan di sini.
 
Nah, sekarang apakah golput berarti ketidakpedulian terhadap masa depan negara? Secara singkat, jawaban gua adalah: Ya!
 
Minggu lalu daku sempat ngobrol santai dengan penasihat politik nomor satu, my Pap. Bicara golongan putih tidak akan ada habisnya, karena manusia itu banyak maunya, jadi wajar saja kalau ada yang keinginannya tidak terpenuhi. Nah, jika muncul satu keadaan dimana calon yang ada sudah sedemikian buruknya, maka akan terjadi persentase golput yang sangat besar dan menjadi mayoritas. Di saat itu, mungkin akan ada kekuatan massa yang mampu menumbangkan penguasa dan mereformasi pemerintahan. Di satu sisi gue setuju, di sisi lain gue yakin bahwa saat itu belum akan datang dalam waktu dekat. Masih jauh, karena era reformasi di sini pun masih 10 tahun yang lalu, pun belum ada rezim yang terlalu lalim yang mampu membangkitkan perlawanan rakyat seperti 10 tahun silam.
 
Golput buat gue sekarang lebih identik dengan ketidakpedulian akan negeri ini. Kemajuan atau kemunduran negeri ini sedikit banyak bergantung pada siapa yang akan duduk di DPR. Peranan mereka dalam mengajukan calon presiden, yang kemudian akan kita pilih dalam pemilu presiden, merupakan satu langkah. Langkah lainnya adalah dengan membuat berbagai kebijakan di setiap aspek pembangunan. Ekonomi, politik, pendidikan, sosial, kesehatan, semuanya bergantung kepada mereka dalam 5 tahun ke depan.
 
Latar belakang para golputers sebagian besar adalah kekecewaan. Mudah saja bagi mereka untuk menumpahkan kekecewaan kepada mereka-mereka di DPR atau presiden terpilih. Namun adalah logis untuk berkata bahwa dengan memilih untuk golput berarti juga tidak mempunyai hak untuk protes kepada anggota DPR atas keputusan mereka yang tidak sesuai aspirasi mereka. Kenapa? Karena mereka sendiri tidak menyalurkan aspirasi mereka saat pemilu, jadi anggota DPR pun tidak akan menanggapi aspirasi mereka nantinya (walaupun prakteknya, aspirasi kita-kita yang ikut pemilu pun tidak didengar, tapi ini kan bicara dunia yang ideal ;p). Artinya, menjadi golput berarti menjadi warganegara kelas dua yang fungsi dan peranannya sebagai alat kontrol dan koreksi pemerintahan sama sekali tidak ada alias impoten!
 
Untuk memilih mungkin sulit, karena jika caleg yang kita pilih berhasil terpilih, dan ternyata kinerjanya mengecewakan, kita mungkin akan menyesal. Sementara apabila ada caleg bukan pilihan kita yang terpilih dan menjalankan tugasnya dengan buruk, kita bisa menjalankan fungsi sebagai alat kontrol dan koreksi (sekali lagi, sayangnya di Indonesia, proses ini tidak dimungkinkan, kecuali anda punya basis massa yang besar, dan bisa nyiapin nasi bungkus dalam jumlah besar, hahaha...). Tapi jika tanggung jawab anda terhadap negeri ini cukup besar, rasanya bukan sesuatu yang terlalu besar untuk meminta anda berpartisipasi secara serius dalam pemilu di negara ini, apa pun bentuknya.
 
 
--next: Siapa sih sebenernya yang lu colek?

Pelangi di PEMILU 2009

Ga terasa udah 10 tahun berlalu dari pemilu pertama gue yang sangat konstitusional (dibanding masa-masa gue sekolah, yang tiap ikut pelajaran PMP pasti tereneg-eneg, partai itulagi-itulagi yang menang; dah gitu bangga pula menangnya, dasar ga punya harga diri!!!); juga sepuluh tahun sudah sejak partisipasi pertama gue sebagai panitia pemilu di RT setempat (bokap ikutan jadi anggota KIPP juga - Komisi Independen Pemantau Pemilu). Wow, artinya udah 10 tahun juga umur gue bertambah, sesuatu yang ga gue ridhoi sama sekali, hehehe...
 
Sementara itu ada beberapa catatan mengenai masa transisi ini. Tahun 1999 bisa dibilang sebagai masa transisi, dan partai PDI-P memegang kemudi terdepan sebagai partai reformasi, diikuti PAN dan PKB. Namun PG yang didukung dana warisan orde baru tampaknya masih menggeliat dan cukup punya sisa-sisa pendukung di level atas yang mampu mempengaruhi beberapa level di bawahnya. Karena rezim status-quo baru saja hancur lenyap, maka partai-partai berebut massa yang tercecer. Ambisi ketua PAN akhirnya membuyarkan PDI-P, partai pemenang pemilu saat itu, untuk menempatkan ketua umumnya sebagai presiden. Ironisnya, ia juga yang akhirnya bertindak sebaliknya -- benar-benar mengukuhkan definisi politik dimana tidak ada kawan atau musuh abadi, selama ada udang di balik batu. Kabinet Megawati pun dibentuk dengan banyak kompromi politik yang membuat kinerja tidak maksimal, karena semua berebut kekuasaan dan tidak ada yang mau menjadi oposisi.
 
Keadaan ini membuat pada pemilu berikutnya belum ada rezim status-quo yang terbentuk, dan semuanya mulai dari titik nol lagi, dengan PD muncul sebagai partai baru potensial. PG berhasil menyalip PDI-P, sayangnya koalisi mereka bubar oleh kekuatan baru yang mengandalkan tampang ganteng dan so-called kharisma (lagi-lagi dari mukanya), serta kemampuan melantunkan tembang "Pelangi Di Matamu". Kabinet SBY yang kemudian terbentuk ini kemudian tidak menyia-nyiakan waktunya untuk pelan-pelan mengukuhkan keberadaan rezimnya, dengan bantuan "orang nomor satu di Indonesia" (orang-orang yang mengaku pintar di Indonesia pasti tahu bahwa "orang nomor satu di Indonesia" tidak mengacu kepada presiden itu sendiri, tapi... silakan cari tahu sendiri!)
 
Upaya kabinet ini, yang walaupun merupakan koalisi namun bisa diklaim sebagai milik satu partai, secara efektif mampu memanfaatkan kelemahan mendasar rakyat negeri ini (liat posting sebelumnya), dan pada akhirnya mampu merebut simpati. Ini ditambah dengan dukungan kaum minoritas (juga sudah diulas di posting kemaren) dan kubu pro status-quo, kubu yang selalu main aman demi bisnis pribadi (ada sodara gue yang kayak gini, semoga cepat bertobat...)
 
Namanya juga pelangi, ga lengkap rasanya tanpa warna putih (eits, jangan protes dulu, secara teknis putih memang bukan warna, tapi pelangi tidak mungkin ada tanpa putih ;D) Nah, di sisi lain, ada golongan yang memang sudah apatis, menganggap siapa pun yang akan berkuasa nanti tidak akan mampu membuat perubahan, jadi lebih baik "mind my own business" dan GOLPUT!
 
 
(setelah menunda satu posting, gue janji abis ini pasti topiknya tentang GOLPUT! hehehe...)

I Choosed You!

Pemilu kali ini tetep heboh dari sisi kampanye, dan garing di hari-H-nya, suatu tren yang bakal terus bertambah di masa mendatang (tambah heboh kampanyenya, dan tambah garing hari-H-nya ;p ) Habis mo digimanain lagi, sistem yang superior sudah dipaksakan di negeri yang populasi melek demokrasinya masih seuprit (maafkan daku kalo daku menggolongkan diri sebagai yang seuprit ini; kadang kenyataan memang lebih pahit dari puyer sakit kepala, hahaha...); singkatnya, pemilu untuk memilih calon anggota legislatif dinilai kepagian! Jadi, seperti gue yang kalo masih ngantuk gara-gara bangun kepagian bisa nabrak tembok ato minum air panas langsung dari termos (ouch!), hal-hal bodoh menjadi sesuatu yang jamak dilakukan dalam kurang lebih setengah tahun belakangan. Jalan-jalan marak oleh atribut kampanye, yang mayoritas dilakukan tanpa tanggung jawab pada lingkungannya, menjadikan ibukota (dan juga kota-kota di seluruh Indonesia, tapi pengamatan daku terbatas di ibukota aja, sori..) layaknya ajang kreativitas anak taman kanak-kanak terbesar di dunia. Tujuannya hanya satu: terpilih sebagai anggota dewan "yang terhormat"; setelah itu tinggal duduk di ruang sidang sambil minum kopi dan baca koran, kadang tidur kalo ngantuk abis nonton bola subuh-subuh ato lagi bulan puasa, jalan-jalan studi banding ke luar negeri bawa anak-istri/suami, dan menggolkan beberapa tambahan tunjangan anggota dewan yang baru.
 
Sangat minimnya anggota DPR yang mempunyai kontribusi penting bagi kelangsungan kebijakan negara dan tegaknya pelaksanaan pembangunan menjadikan pemilih yang serius seperti gue gamang menatap detik-detik terakhir menjelang hari ini. Bukan apa-apa, selama hari-hari terakhir hidup gue hanya disibukkan dengan aktivitas ketawa-ketawa melihat kreativitas caleg yang absurd dan ga meaning sama skali deh auw... (ini juga mungkin diakibatkan gue lagi ga ada kerjaan, hehehe...) Sedangkan pikiran gue belon terisi satu kandidat caleg pun. Well, seiring dengan keterlibatan pasif gue di salah satu persekutuan terbesar di Indonesia (juga pasif di milisnya) membuat gue cukup mantap pada satu calon, walaupun dengan catatan (nanti gue jelasin di bawah). Jangankan caleg, partainya pun masih ragu. Beberapa partai besar sibuk berebut massa, partai baru yang didukung dana besar (karena dapat warisan gede dari rezim lama) juga jor-joran beriklan di media.
 
Sekilas dari perang antar partai ini, semuanya bisa dibilang bertindak konyol dan sangat ngendonesia... Kok gitu? Mereka bener-bener memanfaatkan kultur Indonesia yang masih kurang terdidik, guyub dan mementingkan kekerabatan di atas objektivitas (seringkali perbedaan dianggap tabu, seperti keterlibatan gue terakhir di sebuah organisasi massa non-formal), silau dengan prestasi instan, serta kurang memperhatikan akibat jangka panjang dari keputusan mereka.
 
1. Ada partai yang mengagungkan prestasi "memajukan perekonomian" negara di bidang ekonomi, yang di sisi lain didukung perwakilan kaum minoritas dalam sebuah acara tahun baru Cina (jangan lupa, perwakilan kaum minoritas ini juga yang telah menjerumuskan kaumnya sendiri dalam jurang kenistaan di orde baru, yang dikorbankan terus-menerus oleh rezim penguasa, sementara mereka - perwakilan itu - terus menangguk untung dari dukungan mereka terhadap penguasa).
2. Ada partai yang mengklaim keberhasilannya dalam pembangunannya selama ini karena merupakan partai paling senior. Paling senior di satu sisi berarti ikut menyumbang kehancuran bagi negeri, yang dalam 10 tahun terakhir ini masih belum bisa bangkit. Paling senior karena di masa lalu, kekuasaan didapatnya dengan "memaksa" 100% pegawai negeri untuk memilih partai mereka. Paling senior tapi kehadirannya dulu hanya boneka penguasa haus tahta.
3. Partai yang 2 periode lalu sempat berjaya, yang agenda utamanya kali ini adalah menyerang secara frontal kebijakan pemerintah terkini. Sebagai oposisi, hal ini memang wajar dilakukan, namun menjadi terkesan kurang elegan dan seakan kekurangan bahan kampanye. Selain itu, kekurangan yang dihadapi selama mereka dulu berkuasa menjadi lobang yang terus-menerus dicecar lawan politiknya.
4. Partai berbasis sektarian non-pluralis yang mencirikan sebagai partai bersih yang bebas korupsi. Klaim mereka "mungkin" benar (karena belum ada klaim sebaliknya, maka sementara ini dianggap benar), juga didukung oleh ketua umumnya yang intelek (sejauh ini, kadar intelejensianya mungkin cuma bisa disejajarkan dengan Amien Rais, yang partainya telah merosot popularitasnya). Sayangnya di saat-saat terakhir berkampanye, ia seakan tidak bertanggung jawab dalam insiden perusakan rumput lapangan stadion Bung Karno (memang partai lain, termasuk dari no 1-3 ikut andil merusak juga, namun semua, kecuali partai ini, turut menyesal dan memberi kompensasi), bahkan menyamakan dirinya sebagai tukang rumput.
5. Dua partai baru mencuat sebagai partai potensial pengganggu kemapanan posisi 5 besar pemenang pemilu, kebetulan dua-duanya dikomandoi oleh jenderal besar orde baru, yang kebetulan saling bermusuhan. Salah satunya menggandeng figur-figur yang populer di masyarakat (seperti yang dilakukan partai no.1 5 tahun yang lalu) dan menggarap iklan berisi pesan edukasi yang mantap. Sayangnya, seperti dibahas di atas, rakyat negeriku tercinta masih belum siap menerimanya, entah sampai kapan...
 
 
Trus sekarang sampai ke pertanyaan besarnya: "Kenapa sih pusing-pusing menganalisa segitu kerasnya? Emang penting gitu ikut pemilu? GOLPUT aja lah kalo bingung! Lagian golput kan lagi ngetren sekarang, gayanya anak muda gethoo loch..." (karena pertanyaan besar, gue gedein juga donk hurupnya, hehehe...)
 
--JAWABAN BESAR-nya ada di posting berikutnya, sekarang istirahat dulu gue, memikirkan pilihan tadi siang cukup buat kepala gue pusing berputar-putar... (belum lagi ditambah lonceng greja tadi sore, akibat posisi duduk terlalu deket ke menara ;(( )

Saturday, March 14, 2009

Di Sudut Non-Smoking Area PANCIOUS, Aku Berkisah...

Ada yang berbeda waktu hari ini gue bermalam panjang di sebuah restoran gaul berjudul PANCIOUS. Dengan berbekal sodara sepupu (yang cewe tentunya..) dan mamanya (Iie gue), kesampean juga akhirnya niat gue merasakan suasana di tempat yang heboh ini. Heboh karena setiap gue lewat tempat ini di bilangan Permata Hijau, dipastikan akan ada sederet mobil yang memakan badan jalan. Rameeee banget deh, dah gitu ada satu temen gue yang hobi banget makan pancake dan selalu ngajakin. Well, ga selalu sih, tapi dia pernah (beda yah "selalu" dengan "pernah", hehehe...) ngajakin gue, bersama dengan 1 rekan lagi, untuk rendez-vouz di situ. Itulah kalo punya teman dengan ragam selera yang banyak, apalagi mereka memang tau tembolok gue sudah teruji di berbagai genre masakan, jadi undangan kan selalu berdatangan, sampe gue kewalahan ngabulinnya, hehehe... Ok, salah satunya udah buat blog tentang itu, jadi mungkin kalian bisa berbaik hati mengunjunginya di sini!

Kembali ke PANCIOUS, key..? B
ermacam jenis makhluk ada di sini, kebanyakan sih makhluk manis (termasuk sodara gua yah! hohoho...). Dari depan aja udah kedengeran teriakan pesta ultah di sudut sonoo (maksudnya, pool side outdoor; emang keren sih disain tempat ini *yang_norak_baru_sekali_kesana*) Beberapa di antaranya gue temukan sibuk bergaya pake kamera di ruangan utama non-smoking, ada juga yang sedang terkesima di sudut toilet, juga lagi ber-ganjen-ria dengan kamera (tapi gue heran, napa yah mereka baru inisiatif berfoto saat gue lagi nunggu di situ... apa mo nyolong-nyolong foto gue yah? *thinking_very_deep*)

Sebagai penanda terakhir bahwa "Steve has been here" (kaya yang suka ada dipahat di pohon-pohon kalo orang lagi pa
caran jaman dulu), maka kurang afdhal rasanya melewatkan malam kali ini tanpa berfoto, dan terjadilah...








Nite everybody
...

Saturday, February 07, 2009

J-ROCKS -- Jakarta Rocks...? Err, Bener Ya???

J-ROCKS ... & others
KemiSore @ hai-online's Minimum Stage #5

Kalau kali ini gue memutuskan untuk tidak berfoto bareng bintang panggung setelah pertunjukkan selesai, mungkin cuma sedikit kesadaran bahwa tidak ada nilai tambah yang bisa dipetik dari hasil foto bareng tersebut - hehehe... - , selain juga karena pengalaman minggu lalu (love you Nina ;D). Ohya, kehadiran sederet fans J-ROCKS sendiri juga bisa membuat jiper setiap hadirin di sana, dari segi gaya dan penampilan, bukan karena garang dan gak tau adat (bedanya jauh yah, hehehe... buktinya nanti bisa dilihat di salah satu foto gue ;D) But on top of it: special thanks to my friend Kris Baskara (dengan nama beken Koro, staf Gramedia yang sangat berdedikasi di bidang musik), gue berhasil mendapatkan informasi berharga, cukup untuk melepas suntuk dan membunuh waktu di masa kehilangan pekerjaan ini, hohoho... (as usual, ketawa ironis yang legendaris).

Sayangnya, waktu istirahat yang tidak teratur akibat kurang kerjaan ini juga yang membuat gue telat dateng dan melewatkan beberapa opening act dari artis-artis pembuka, yang gue kurang kenal juga, karena range musik gue yang lumayan terbatas sekarang ini (sangat pemilih dan terkesan lebih senang dengan "status" musik itu sendiri... artinya??? singkatnya: gue jadi membatasi diri dengan musik yang "baru" dan "segar"). Akhirnya dengan terburu-buru berbekal celana pendek dan bekal seadanya, gue jalan (ini jalan kaki beneran) ke gedung Gramedia yang memang deket banget dari rumah gue. Sempet khawatir kalo disuruh pulang karena dianggep ga sopan bercelana pendek ria, untungnya di pos satpam cuma ditanya: "punya undangannya?" Gue jawab dengan polos: "saya dikasi tau temen saya sih..." Trus dikasi masuk deh ;D Selanjutnya milih-milih tempat, karena kantin yang kecil itu (sesuai dengan namanya: "Minimum Stage", hihihi...) udah cukup penuh, apalagi asap rokoknya membuat tempatnya seakan menciut (bisa yah?!!). Cinta Jangan Kau Pergi menyambut kedatangan gue di Minimum Stage untuk pertama kalinya itu. Wah, tema sore ini tentang patah hati? Jangan-jangan iya, karena disambung dengan lagu senada milik seorang biduanita pendatang baru (paling tidak terkesan "baru"). Sorak-sorai mengiringi usainya lagu tersebut, teriakan-teriakan norak dari fans yang menonton (gue curiga yang di situ emang kebanyakan kru-kru HAI yang emang kenal semua ama mereka).

Aksi panggung berikutnya adalah milik "The Zig" (hmm, filing gue salah spell nih :-/)... atau yang bener "The Zeke" (seperti pada "Zeke And The Popo"? i dunno this band, maybe ever heard only once, in OST Janji Joni maybe?) Anyway, tugas mereka adalah untuk menaikkan tensi supaya bisa lebih pas kalau nanti sang bintang utama masuk panggung, dan dilakukan dengan baik. Komunikasi lancar dengan penonton, pilihan lagu yang pas dari awal sampai akhir membuat penantian jadi singkat. Hmm, jadi seperti ini rasanya mendengarkan band yang "baru" dan "segar", dengan 5 lagu, mungkin paduan dari lagu ciptaan dan lagu bawaan, yang asik

Dan inilah yang ditunggu-tunggu di sore hari itu...













Lagu pembukanya lupa, tapi di tengah-tengahnya ada 2 lagu dari album terbaru (mungkin lebih), ditutup dengan encore (soalnya ada teriakan: "Lagi, lagi, lagi!!!") berupa single pertama "Lepaskan Diriku". Udah, segitu aja yang gue tau, ini dah pagi booo, gue mo tidur dulu yaaa; tapi janji, sisanya bakal gue lengkapin, kalo pesenan gue dari si Koro dah dateng ;D


Caooo...

Friday, January 30, 2009

Nina Tamam & HP-Kamera Yang Rweseeee (should've been: "Nina Tamam & Friends")

Nina Tamam & Friends
ThursNight @ BentaraBudayaJakarta
 
Kalau aja... Ya, if only my camera-phone been slightly better than it is now, i would be happier walking out the show. Tapi apa pun itu, kemarin benar-benar show yang menghibur hati, dan cukup menjadi air di padang gurun rutinitas yang mulai merenggang dan membosankan. Enough the crap! Seneng aja rasanya datang ke suatu pertunjukkan yang - tadinya - ga kepikiran bakal bisa dimampiri, karena tiap kamis kan jadwal momong anak-anak nakal yang sekolah di Laurensia itu, hehehe...
 
NINA TAMAM. Begitu nama bekennya (nama aslinya liat sendiri ya di wiki!), putri dari musisi terkenal Tamam Houssein, masuk ke dunia musik Indonesia dan terkenal bersama grup vokal kuintet WARNA. Setelah menikah (bener ga yah?) memutuskan untuk bersolo karir dan telah menyelesaikan satu album. Banyak mendapat panggilan untuk mengisi acara hiburan, dan sangat antusias ketika diminta untuk menjadi bintang tamu dalam salah satu acara reguler di BBJ.
 
Pertunjukkan di BBJ itu biasanya terbagi dua: musik etnik yang unik (dan aneh, hahaha... lebih jelasnya liat contohnya di sini) dan... JAZZ! Yup, real Jazz, or the so-called Jazz. Maksud gue di sini, jazz yang artinya adalah improvisasi dan interpretasi dari masing-masing musisi, dengan repertoir yang masih bisa dimengerti penonton yang datang (hohoho, berat ya bahasanya???) Ok, kita mulai saja dengan lagu-lagu yang dibawakan Nina... (yang pastinya dia tidak akan mempertunjukkan musik etnik kali ini)
 
For Once In My Life cukup pas jadi lagu pembuka karena naturnya yang ceria, dilanjutkan dengan Smoke Gets In Your Eyes, dengan mood yang sedikit mulai berubah. Di sela-sela nyanyian, Nina sangat akrab berdialog dengan para penonton, diantaranya yang hadir adalah Sarwana, rekannya di grup WARNA, serta Tohpati. Rasanya Nina akan membawa yang hadir untuk merasakan getir cinta, karena lagu-lagu berikutnya lebih banyak tentang kegagalan cinta (mirip judul lagu dhankdhutt?? mungkin karena salah satu keyboardist-nya itu adalah pengisi acara "Dangdut Mania" di TPI, begitu yang Nina perkenalkan, hihihi...). Cry Me A River, yang disusul dengan She's Out Of My Life. Kalau dibilang pas, agak kurang ya sebenarnya; mungkin karena Nina saat itu memang tidak sedang muram, jadi emosinya agak kurang pas, hanya disisipi oleh beberapa aksen manja yang mungkin bisa jadi penghibur. Mencoba untuk sedikit menaikkan mood, Ya Ya Ya (Aku Bahagia) pun melantun berikutnya(bukan promo album loh, secara dah lama juga kaleee launchingnya ;D ), yang disusul oleh sebuah lagu dari album yang sama (maap belom punya, jadi ga tau judulnya) ciptaan Yovie Widianto. Kali ini, walaupun lagunya cukup sedih, dibawakannya dengan sempurna. Memang harus diakui lagunya memang pas dengan karakter Nina sehingga terasa menyatu. Setelah satu lagu yang tidak diketahui judulnya ini, kelihatannya penyakit ini menular, sehingga 2 lagu berikutnya pun tidak terdeteksi judulnya (oopss!!!), most probably: "It's Alright With Me" (enak sekali, dan dibawakan dengan baik), plus porsi improvisasi yang cukup banyak pada bas dan drum membuat lagu ini lebih nikmat dibanding lagu sebelumnya, yang hanya memberi ruang bagi melodi keyboard (maklum, Yovie kan keyboardist, hehehe...); kemudian "I Wish You Love" yang - maaf - tetap kurang pas rasanya jika hanya diberi aksen suara manja...
 
Break sejenak, dan para pengiring: Tamam Houssein and friends kembali unjuk kebolehan setelah di awal acara mengisi bagian sebelum Nina naik ke panggung. Setelah jam session berakhir, tibalah sesi terakhir acara, yang ditutup Nina dengan 2 lagu favoritnya: Can't Take My Eyes Off Of You, serta lagu yang sama lawasnya milik Harvey Malaiholo (aduh, kayaknya belon pernah dengerin sih, tapi sounds familiar, though...). Lagu pertama dibawakan dengan slow sekali, kemudian lagu pamungkas itu riang gembira, mengantarkan hadirin kembali dengan hati ceria...
 
 
(masih kessseeellllllll!!!!! dasar hp laqnat!!! ga berguna, disuru motret malah ga bener kerjanya, AAARRRGGGGHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!)

Friday, December 26, 2008

Merry Christmas 2008


 


 


 


 

Jesus Bless You.

 

Wednesday, December 10, 2008

AC/DC: Ada Cinta Dalam Curhatan

Seminggu sudah lewat sejak ketegangan meninggi di rumah (yang diakibatkan... ya antara lain oleh gue juga, so why bother??), tapi berhubung tegangan tinggi itu ga gue bawa-bawa ke permukaan, ya situasi masih tetap terkendali, kecuali saat nyokap gue terpaksa ga bisa ke toko di salah satu hari di minggu ini. Heran? Jelas! Bahkan di saat pingsan di greja pas pagi harinya aja, dia masih nyanggupin buat ke toko sesudahnya. Jadi gue berkesimpulan bahwa cuma keajaiban dunia yang bisa buat dia bolos ke toko. Dan keajaiban itu terjadi barusan... Aneh juga sih bahwa dia ga ke toko cuma sakit yang "biasa" aja, bikin gue semakin curiga; bukan apa-apa, takutnya aura kekesalan gue, yang masih terpendam di minggu ini, yang bikin dia gelisah.

hehehe...

Well
, must admit it, perut itu urusan sensitif... selain cewe tentunya! (hehehe, ini khusus cowo). Tapi, ternyata ga seperti selera makan yang bawaan oroq dan susah banged..nged..ngeddd berubahnya, selera tentang cewe ga susah berubah. Hal-hal yang mempengaruhinya antara lain adalah: (i) pola pergaulan; (ii) kedekatan dengan ibu (kandung maupun gadung, eh maksudnya ga kandung); (iii) terlalu sering ditolak oleh tipe yang sama (ooopss!!!). Eh, kok makin lama jadi seperti kuliah sosiologi gini yak??? Biarin, ngobrolin cewe biasanya suka ga berasa kok, jadi simak aja terus yaaa...

Gue sendiri dekeeetttt bang3ed ma mama (mungkin aga ga lazim bilang "mama" ke umum, tapi kata temen gue yang mengerti gue lebih baik dari gue sendiri bilang ini perlu buat bedain ama nyokap yang sekarang), ga jelas karena gue anak tunggal apa bukan, tapi yang jelas mama adalah orang yang sangat lovable (MEL, aren't you smiling hearing this word? ;D). Orangnya cantik, tinggi sedang untuk ukuran asia (means: cukup pendek, 155 only, hehehe...), katanya sih ga mirip nyokapnya (jadi gue cukup hoki punya nyokap yang cantik, dan prestasi bokap ini gue harap bisa gue teruskan dengan sukses, kalau bisa malah lebih lagi, hohoho...)

Dimulai dari SD-SMP, selera gue masih kebanyakan ditentukan oleh pasar, maksudnya temen-temen gue, yang waktu itu udah puber duluan -> gara-gara kebanyakan makan ayam leghorn kalo kata mama, hehehe... makanya dulu gue dijatah kalo mo makan KFC, setaon cuma 4-5 kali; di rumah mah kampung selalu, bokap ga demen ayam suntik. (heran, ngomongin cewe nyambung aja yah ama makanan, soal selera sih!). Di akhir SMP menjelang SMU (generasi pertama neh, sebelum angkatan gue, pada ngomong SMA! jadi yang suka ngomong SMA, ketauan tuanya, HAHAHA...), gue baru bisa menentukan selera yang sesuai dengan keinginan gue. Kebetulan, di saat-saat detik terakhir gue berpisah dengan temen SMP, dan di waktu gue masuk SMU yang sama sekali baru, gue menemukan dua orang siswi yang berpotongan ampir sama, dari postur tubuh sampe gaya ngomong; and if those things haven't surprised you, imagine this: those girls also know and befriend each other!! HA, seperti kebetulan yang dipaksakan. Tapi seumur idup gue di SMU, benchmark yang ada di otak gue udah fixed. Kalo misalkan ada cerita-cerita perjalanan gue dengan si M ato si O, itu cuma pernak-pernik yang sebagian besar kerjaan dari temen-temen yang suka jodoh-jodohin ama si O ato M itu.

Seorang temen gue, yang tadi gue sebut sebagai orang yang paling mengerti gue, udah tau apa yang bisa bikin gue terkesima: cewe bertongkrongan kecil (pendek?) cenderung kurus, yang suaranya juga kecil (eits jangan salah, ada loh cewe badan kecil tapi suara menegangkan), dan cerewet suka bercanda (bukan cerewet ngegosip kaya ibu-ibu ga jelas). Oiya satu lagi, matanya juga tajam, tipikal cewe yang cerdas, bukan yang suka planga-plongo ga nyambung kalo diajak ngomong, hehehe...

Nah, tapiiii... Satu kelemahan gue (atau malah ini disebut kelebihan?) adalah, bahwa setelah bergaul dan merasa cocok dengan seorang (cewe tentunya!), maka ciri-ciri yang gue sebutkan di atas tadi menjadi mentah dan ga ada artinya lagi. Berita baik tentunya buat banyak cewe yang lagi naksir gue tapi ga memenuhi syarat di atas! Tapi gue menyebutkan apa yang ada di paragraf barusan bukan asal-asalan. Somehow, apa yang gue inginkan ada dalam cewe idaman gue (smart sense of humor, lincah, apa adanya) biasanya gue temukan dalam sosok seperti itu. Mungkin gue perlu buat riset mengenai korelasi antara bentuk fisik seseorang dengan karakter serta perilakunya, karena gue bisa tau bahwa gue sedang berhadapan dengan orang yang bisa cocok sama gue dalam pertemuan pertama. Tapi gue rasa ini adalah skill alami yang dipunyai semua orang, kalau aja mereka mau sadar, jadi bukan kelebihan gue doank.

Entah kenapa, akhir-akhir ini kok kayaknya selera gue mulai bergeser. Ga tau yah, apakah karena bergaul dengan teman-teman yang punya ukuran "berbeda" dari yang di atas, membuat gue mulai melupakan standar yang tadinya sudah berakar kuat dalam bawah sadar gue. Gue sekarang jadi terkesima dengan cewe yang "maxi", yang artinya juga gue mulai suka dengan cewe yang tidak begitu lincah, lebih perasa, dan tidak sehumoris tipe cewe yang sebelumnya gue suka. Dan ada apa sebenarnya sampe terjadi pergeseran minat serta daya beli (hush, emangnya sales mo nawar barang di tanah abang???) sedemikian drastis (walaupun tidak sedrastis tiba-tiba gue jadi suka artis cwe misalnya, atau Delon...)

Well, ceritanya panjaaa...ang, tapi buat sahabat gue rasanya sudah bisa nebak dengan jitu. Kalaupun ada yang masih penasaran, silakan submit saja komen-komen kalian di sini, dan gue akan lanjutkan ceritanya (ga dikomen pun akan gue lanjutkan, tapi tergantung stok apa yang ada di otak gue yah...) ciaooo!


ooohh, feels like winter here, my regret for not married yet...

Thursday, December 04, 2008

Lapar Sumber Emosi

GUE MARAAAHHH!!!!!!!!!!
Ini bukan pertama kalinya gue berkonflik di "keluarga baru" ini, tapi kali ini keliatannya udah terlalu besar dari yang biasanya bisa gue tolerir. Ok, simpel aja sih mungkin kalo ntar udah sampe ke inti ceritanya, tapi saat ini, gue mo coba buat naikin tensi alurnya dulu, biar pada emosi, sama kaya gue (hehehe...)

Minggu lalu, tepatnya sabtu, pmbokat gue bikinin makanan favorit gue, asli asalnya dari tempat mama (minahasa), sesuatu yang sekarang langka banget gue santap, mungkin 2 kali setaon aja udah bisa dibilang hoki (ini ga termasuk yang gue makan di tempat Iie gue loh yaa!). Padahal hari itu gue abis kondangan, dan memang jadwal makan gue wiken kemaren mayoritas di luar... Ok, minggu siang i'm in d house, tapi yang dihidangin... bukan itu! Well, better luck next time, begitu pikir gue (karena pas melongo kulkas, masakan itu masih di sana).

Now, i really didn't pay any attention to that until tonight, coming home late and hungry like a wolf, i imagined of something able to fly me to polaris (don't know this stuff, but there was a movie 'bout it, rite??) And it took me a long time before realized that it already belonged to other's, the maid told me.

Gue ga mencoba untuk mengeneralisir, tapi sungguh, hidup bersama orang asing di rumah yang sama butuh lebih dari sekedar perjuangan. Not talking about my marriage, but other's... Dan walaupun mungkin stepmom edisi kali ini tidak sekejam film Arie Hanggara, tapi bukan tanpa alasan gue pengen cepet-cepet punya rumah sendiri (padahal, menurut hukum adat yang berlaku di indo, dilarang punya rumah kalo blom punya calon -- apalagi kalo yang beli rumah cewe, lebih tabu lagi hukumnya...). Kalo nurutin emosi saat itu, rasanya mo langsung gelar sidang terbuka mendadak di tengah malem ama papa, kalo ga inget ini-itu...

Abis ngubek sudut-sudut kamar, beruntung masih ada sisa mi instan, yang langsung gue rebus semuanya (maksud semuanya di sini ga banyak kok, cuma 3, dikit khan...?). Setelah makan, emosi gue jadi reda, wushhhh... (bunyinya kaya es batu dicemplungin ke air mendidih... mo tau suhu akhirnya? baca dulu soal di blog fisika ini ;D )

Mungkin ini saatnya mengerti kata-kata mutiara ini: "Selapar-laparnya induk harimau, tidak akan memakan anak sendiri", yang artinya kurang lebih: daging anak harimau itu ga enak, sampai induknya aja ga mau makan. Hehehe, bukan itu sebenernya, tapi in my commonest sense, makna yang barusan itu paling masuk di akal. Ternyata seiring dengan bertambahnya kebijaksanaan gue, baru disadari kalo ternyata maknanya dalem sekali. "Selapar-laparnya" itu menunjukkan kalo memang setiap makhluk bisa jadi sangat-sangat berbahaya kalo lagi laper. Jangankan harimau, manusia aja bisa jadi pemangsa sesamanya kalo lagi laper, walaupun sekali lagi, ga bakal mo makan anak harimau (padahal sih menurut gue, kambing tuh yang badannya bau banget; pantes aja kalo orang yang belom mandi suka disamain ama kambing... eh sori keterusan, abis sebel sih udah mo lebaran haji jadi banyak bau kambing di jalan, apa musimnya males mandi juga kali yaaa???)

Saat ini, gue dah kenyang, dan keinginan untuk membuka keran konfrontasi langsung dengan sang oknum sudah tidak ada. Entah apa yang nanti akan terjadi, kalau hal ini terjadi kembali di rumah orangtuaku ini, sebelum daku sempat mencari perteduhan yang baru. Kiranya TUHAN mencegah kemungkinan itu terjadi.

Pesan terakhir untuk kalian yang di luar sana: berpikirlah 500 kali apabila akan mengiyakan papa kalian untuk mengangkat mama baru, karena hal itu kemungkinan besar berarti kalian akan kehilangan kesempatan merasakan surga lagi di meja makan.

Sunday, November 23, 2008

[jazz] Holland Weeks Ending Special: BOI AKIH Concert

It's raining, yes! Not the kind i would let down a performance at Erasmus Amphitheatre as a pre-show for 10th Annual JAKJAZZ 2008 featuring BOI AKIH, a Holland group with Ambonese vocalist, with Andrea Maulana Jazz Trio for the opening act; after a miss of 31st Annual Jazz Goes To Campus (JGTC), a letdown because of a promise made before.

It's 2 p.m., and Jakarta had already covered with cloud, followed then by a sudden rain, that stopped just before the show began at 3. It took another 15 mins or so to be prepared, when a nice-looking, young (i suppose?) woman entered the stage, communicating in english, quickly introduced her band members which included Ahmad (keyboard) and Yus Rajab (saxophone-flute). It's Andrea Maulana, started the opening act with a smooth composition of Roberta Flack's "Feel Like Making Love", followed by a medium beat of Natalie Cole's "Don't Get Around Much Anymore" (though i think it's not Cole who first made it popular). Next was rather mellow Chaka Khan's "My Funny Valentine" and one of Ella Fitzgerald's classic, "Satin Doll". Her improvised voice met with her group's virtous play made another afternoon to enjoy. She even joked about the basic every jazz-lovers should know: there's no mistakes in jazz play, there are only improvisations!

The show continued with wedding-favourite "L-O-V-E", which was her first song to learn back then. Playing a more pop "For Once In My Life" from Stevie Wonder to add another beat, before adding "I Love You For Sentimental Reason" near the end. And after "Route 66", it's finished.

Another 10 mins before the main show began, and a Chaka Khan impersonated showed up on stage, introducing herself as Monica Akihary, and start the act with a marvelous voice, one of the kind of Al Jarreau's or Ubiet's (Krakatau). With a lyric that include indonesian famous folk song "Naik Ke Puncak Gunung", she really made the audience feel like exploring the deep Indonesian culture by acculturation. And the songs that followed next were also of her native folk songs, those she mixed with jazz compositions (actually, they are rather "free compositions", but jazz is all about freedom, huh?). Well, it's only thing i could tell, for every song was as strange as a kitten in rodent's nest, but the richness of such compositions made everyone wouldn't be willing to leave before it's really over (besides of the Heineken's free flow, though...)

See you at this year JAKJAZZ... BOI AKIH will be there, along with some of the finest of world's jazzist!

Thursday, November 20, 2008

[new] Komputer Kemis: Gratis, Apakah Suatu Solusi?

Alright then, another feature column, born by accident...

Bicara komputer itu masalah napas hidup modern, teknologi terpopuler saat ini. Ada temen yang bahkan lebih baik tidak makan 2 hari daripada tidak online sehari. Dalam konteks lain, ponsel sekarang sudah bukan barang tersier (mewah) lagi, melainkan naik pangkat menjadi setara pangan-sandang-papan.

Teknologi itu kreasi, hasil dari imajinasi dan pengetahuan yang pas, dan mendapat pengaruh juga dari adanya pergeseran kebutuhan manusia yang semakin bertambah. Semakin maju produk yang dihasilkan, otomatis semakin mahal harga yang harus dikeluarkan untuk mempunyainya. Jadi, semakin mahal suatu produk, semakin bagus juga kualitas produk tersebut. Benar begitu?

Gratis adalah kata yang tetap laku dicari, tapi hampir pasti juga diiringi kecurigaan. Coba, siapa yang ga mau ditawari orange juice di waktu panas terik di tengah Passer Baroe? Tapi jika kemudian ada satu saja orang yang keracunan di sana, kecurigaan pertama pasti ditujukan ke barang gratisan itu. Dalam dunia industri, sesuatu yang gratis itu adalah sesuatu yang mutlak tidak perlu diperdebatkan lagi keadaannya. Bila itu jasa gratis dan kurang memuaskan, komentar yang timbul adalah, "Sudah gratis kok minta lebih?" Jika itu barang, maka sebaiknya diterima "as is", jangan banyak protes.

Gratis di dunia komputer? Pasti larinya ga akan jauh dari open source software (OSS). Banyak yang masih tidak yakin kalau sesuatu yang didapat cuma-cuma (para penggiat OSS menolak kata "gratisan" untuk menghindar dari kesan di atas, karena mereka punya tanggung jawab terhadap produk ini dan serius menyempurnakannya) mutunya bisa sebagus barang yang mahal (walaupun mungkin didapat dengan cara membajak, sesuatu yang sudah seperti makan nasi di Indonesia). Dalam hal operating system, pertarungan di garis depan adalah antara Microsoft Windows dan Unix/Linux. Seberapa jauh klaim dan praduga ini terbukti? Suatu yang bahasan akan dimulai, dengan subtopik yang pas dan semoga tetap objektif.

Wednesday, November 19, 2008

[new] Renungan Rebo: Waktu - Yang Gratis, Yang Tak Ternilai

Renungan Rebo... kedengerannya maksa? Emang, kreativitas itu pertama kan terlihat memaksa, ntar juga terbukti bagus (GeeR!)
 
Beberapa hari ini mungkin bukan hari dimana semuanya berjalan baik. Fisik sedang drop, ketauan dari bersin (lebih dari) tiga kali sepanjang siang. Akhirnya keputusan berat pun harus diambil, tidur di waktu hari masih sore, di kantor (cukup beruntung punya kantor yang ada musholanya, hehehe...). Kalau mau diurut-urut lagi kenapa badan bisa sakit kali ini, akhirnya akan kembali lagi kepada omongan Papa: siklus hidup yang tidak teratur! Ditarik ke gambar besarnya, ini masalah manajemen waktu.
 
Setiap orang pasti punya masalah pribadi dengan waktu. Kita semua diberikan waktu yang sama oleh Tuhan. Mungkin kalau bicara keadilan dalam arti mendapat barang dalam jumlah yang sama, tanpa peduli tua atau muda, besar atau kecil, laki atau perempuan, aktor atau politikus, maka ini adalah saat dimana keadilan ditegakkan dengan benar. Bahkan dengan binatang pun kita mendapat jatah yang sama: 24 jam dalam sehari. But we always take free things for granted. Akui saja, barang yang gratis itu cenderung disia-siakan, kurang, atau bahkan tidak disyukuri. Padahal waktu adalah salah satu dari pemberian Tuhan yang paling berharga.
 
Kita mungkin bicara soal prioritas ini-itu, sementara dilihat dari waktu yang kita luangkan, jarang sekali cocok dengan apa yang diprioritaskan. Bicara keluarga sebagai prioritas utama, tapi waktunya dihabiskan di luar rumah. Mengelak dituduh workaholic, namun tidak pernah melihat matahari terbit maupun tenggelam di rumah. Mengaku Tuhan adalah anugerah terbesarnya, namun sering lebih tertarik pergi memuaskan hobi daripada bersekutu bersama kawan seiman.
 
Itulah sebabnya mengapa penjahat dihukum dengan memasukkannya ke penjara, dimana waktu terasa begitu berlimpah. Di sana dia dapat menerima sang waktu dengan semaksimal mungkin, waktu yang dapat digunakan untuk merencanakan hidup yang lebih baik, supaya saat keluar nanti, diharapkan ia lebih bijak mengatur waktunya dan menjadi manusia yang lebih berguna.
 
Kalau diurut-urut lagi, apa saja sih yang mengkonsumsi bagian waktu terbesar dari kita? Mungkin bagusnya dilanjutkan minggu depan yah, sambil tulisan yang lebih rapi disiapkan, hehehe...

Monday, November 17, 2008

Let's Start the Countdown, shall we?

Mentog terus ama koneksi inet terus nih kalo gini caranya...
 
Emang sih ada harga ada rasa, modem murah ya jarang bisa jalannya, gosh... Padahal pulsa gue masih banyak neh, mo diabisin! Btw, selamat ultah bwat ciMel, kali ini ga telat lagi (biasanya kalo telat, skalian ga ngucapin, hehehe...)
 
 
Orang bilang masa-masa menjelang hari jadi itu berat. Menegangkan, penuh kejutan, kadang menyebalkan, dan cenderung mendemotivasi, terutama buat yang ga kuat mental. Hey, i'm on the edge of entering the 30s club (oops, ini artinya bentar lagi my bro Chan bakal masuk ke club forties??!!! OMG!!!!!!!!!!!!! hahahaha....) Dan kurang jelas apa coba, isu di deket-deket umur ini ya seperti yang gue dah tulis di artikel ini. Well not me, jangan ngomong masalah itu ke gue, jawabannya pasti cengar-cengir lagi, i'm not really into it.
 
 
But honestly, i think there's something... err, i mean someone... that still get hung in my mind, a portrait of what i dream of this nights and days of my searching for "her". I admit that i tend to play God comes to this kind of situation i can't decide on my own, so pretending as much as not need, yet need, not thinking of, yet thinking a lot of, as much great pretender as "QUEEN" itself. Shall i, then, wake up and do something, rather than just sleep and dream, like i did last occasion, when i got a glimpse of her inexpectantly? Don't know, think that i'm not born as a male naturally...
 
Assume i take those steps, than should we start the countdown; a countdown not only for the day o' my own (not in the 30s though, maybe try again next year), but a day searched of a lifetime to fit perfectly for both children of GOD. And that not of my own might, but by the will of the Almighty that planned since the beginning of time, to Him glory of all the world.

Thursday, November 13, 2008

[imel] it's beginning to look a lot like X-mas...

I can smell the holiday odor as i walk in a shopping mall, south of Jakarta...

Cut the crap
! Ga usah heran kalo PIM itu udah jadi makan siang gua, ibarat kata perut gue ga enak kalo belon mendapat pelampiasan di sana (yang sering denger cerita gue pasti ngerti apa maksudnya,
hehehe...) It's november honey... dan udah pasti udara liburan akhir tahun sudah dihembuskan oleh para pengusaha kapitalis yang ingin memanfaatkan jiwa yang terikat pada promosi kata-kata manis dari iklan besar dengan berjuta lambang "%" terpampang di mana-mana, dari koran gosip ibukota, sampai baliho halte bus di pinggir kali. Mungkin belum saatnya alunan lagu Natal dikumandangkan, tapi irama jazz ringan sudah cukup nikmat mengantar diriku untuk sejenak beristirahat di ruang istirahat PIM...

Ngomong-ngomong soal november, wew, tadi pagi bos gue dateng-dateng langsung memproklamasikan akan adanya jatah IZZI Pizza khusus dari gue... Dengan kecerdasan gue yang di atas rata-rata, ga susah untuk menebak bahwa bos gue pasti salah inget hari ulangtahun gue (bahkan yang lebih parah lagi, ex temen kantor gue pas gue tanya, malah ingetnya gue ultah juli... perasaan ini udah tiga tahun berturut-turut dia nebak gitu, ck..ck..ckk!!!) But, boss never wrongs, soo... ga tau juga sih mau ngapain hari ini, sebelum kemudian ada kejadian yang ga terduga...

Memang hari ini sudah menegejutkan dari awal, waktu gue dapet sms sumpah serapah dari satu kolega AORA gue, yang misuh-misuh (LAGI?!!) karena kolega yang lain lagi, ternyata masuk top predictor di salah satu aplikasi fesbuk. Sumpah mati asli norak bangeddd, sampe gue merasa perlu untuk masang kronologi peristiwanya di album poto gue di fesbuk... Nah, sebelum gue sempet ngerjain itu, datanglah orang dari lantai bawah minta ditolongin instal software, yang katanya ga bisa jalan pas dipindahin ke laptopnya. Malah sempet gue mo diculik ke kalibata segala... Terang aja gue nolak, takut euy!! Kalo ntar nasib gue jadi pahlawan revolusi kaya 6 jenderal pas gestapo gimane?? Banyak kan yang bakal menangisi kepergianku, hiks hiks...

Niwei, akhirnya dia ngalah dan bakal kembali siangan nanti... Trus pas dateng, bos gue (yang tadi nuduh gue ultah ari ini) udah ada, dan sama-sama ngerjain itu. Eh, dari becanda minta ongkos kerjaan, akhirnya malah beneran dapet 2 large pan Stuffed Crust buat snack sore, tanpa gue harus keluar duit dan mengorbankan ultah gue yang sebenarnya! Mungkin ini juga yang denger-denger bikin Gita mules-mules di sore hari...


Hari ini cukup sudah gue warnai blog dengan warna-warni Natal nan ceria; it's really beginning to look a lot like X-mas... (soundtrack from Home Alone 2)

Wednesday, November 12, 2008

12 Nov - give me twice as many

Familiar dengan Semarang, hari ini gue kaget tiba-tiba dapet telfon dari someone di sana.. Yah, biasanya kadang ada sodara yang suka telpon, tapi nomor ini ga gue kenal. Dah gitu ternyata temen gue; siapa? Ini dia, orangnya ngajak tebak-tebakan! Ketauan sih akhirnya, dan karena dah lama (banget!) ga kontak, ngobrol lamaaa juga, ampir sejam. Intinya sih satu, mo nambahin kesibukan gue di akhir bulan ini, dengan undangan resepsi pernikahannya di Bogor. Obrolan kita pun seputar update temen-temen seangkatan, terutama yang deket dan selalu termonitor keadaannya, plus yang enak dicela tentunya (seperti "kojak", hehehe...)

Lucu juga. Kadang gue ga nyangka kalo di kisaran umur segini, kok temen-temen gue masih ada aja yang belom menikah, walaupun udah ada calonnya, dan udah lama pula pacarannya. Gue yakin alasannya bukan kecocokan, ataupun kemantapan (sok tau ya gue??); apa mungkin sebagai "anak Tuhan", memang berat pergumulan untuk menuju ke pelaminan. Istilah "sekali lancung ke ujian..." itu bener-bener harus diterapkan dengan harga mati. Ah, mungkin emang gue orangnya terlalu santai, dan ga ngerti masalah yang terlalu berat seperti itu. Lagipula, dengan menulis ini, tokh gue belon bercermin ke diri gue sendiri, yang sampe sekarang masih aja calon-less. Bukan berarti gue berniat ga kawin (sori yah, gue penganut mahzab "Kawin Itu Enak"!!!), tapi topik seperti ini memang yang paling menarik untuk diobrolin, karena kebanyakan alur logikanya hanya ada 2 kontras: Kawin dan tidak, pacaran dan tidak, laku dan tidak, cakep dan tidak, janda dan duda (eh, yang terakhir ini bukan!). Padahal kenikmatan dunia kan ga cuma ini (walaupun dengan berpendapat seperti ini, gue beresiko besar dikeluarkan dari anggota mahzab ybs di atas...), malah kadang ini bisa jadi neraka di dunia. Jadi bijaklah kalian menerjemahkan suara Tuhan, jangan disalahgunakan sesuai perasaan jangka pendek.

Serius yah topik kali ini... Kalo mo lebih serius lagi, mungkin langsung aja masuk ke situsnya TELAGA (diklik aja). Takutnya ntar kalo lebih serius, bakal nyaingin situs asli; padahal ini kan cuma tulisan serba-serbi doank...

Tuesday, November 11, 2008

A Month So Jazzy

Wokeyy...
Belom pulih semua hari ini, ya koneksi inet di kantor, maupun mood nulis gue ;D  tapi gapapa, let's start the day with a surprise or two...
 
Pagi-pagi buta, mommy udah buka pintu kamar pamitan; gue sempet nyahut iya, tapi abis itu malah ga bisa tidur bentar... Oops, tadi pamit mo ngapain sih? Kalo cuma pergi ke pasar doank mah biasanya ga pamit kok; trus ini... bentar nyalain hape... buset, jam 4??!!! Ga taunya ada urusan ke semarang, tadi pagi nanya bokap, katanya pulang baru besok. En dia juga confirm bahwa hari ini no walk-thousand-miles day, ocey then..
 
Nicutea udah siap nyapa gue di fesbuk, bertukar dialog deh barang sebaris-dua baris, ngajakin ber-jaz-ria... Ok, kayaknya kembali ngingetin gue bahwa gue sebenernya mo nonton acara jazz di jazzy month ini (pas banget emang gue milih bulan ini buat waktu lahir gue, huehehehe... eits yang ga lahir di bulan ini jangan protes!!!), tapi ga bisaaaa!!! Ok, tanggal 23 yang minggu itu, gue udah janji nganterin adek gue ujian aikido di daerah mo ke kantor, dan pulangnya bisa sampe jam 12an gitu, padahal di saat bersamaan... 31ST JAZZ GOES TO CAMPUS is coming to town! err.. ga dateng ke town sih, tapi town coret: depok, kampus FE-UI as usual. Dan seminggu sesudahnya ada acara jaz, tapi ga pernah gue ikutin karena bikin kantong (dan yang punya) histeria-ria-ria... yaitu 10th annual JakJazz. Well, let's see apakah akhirnya ada di antara acara-acara ini yang cukup beruntung untuk gue hadiri (dan guenya juga harus cukup beruntung untuk bisa hadir di sana, gosh...)
 
 
Let's Jazz this month!  ..oh, and before too late, happy birthday to Irwan ;)
 
btw, ini bisa dianggep artikel muzik ga ya??

Monday, November 10, 2008

Awas: Penyakit Males!

Males ah nge-post ari ini...
Kayaknya cape dari sabtu kemaren masih nepa nih, jadi pas kemaren jadi sleeping day, hari ini belom jadi waking day-nya, udah gitu inet kantor trobel mulu, yang ada makhluk di sebelah gue ngomel-ngomel, dan gue jadi terganggu... tidurnya, hahaha... Otomatis nyari berita feeder buat blog ari ini pun jadi ga bisa, agak sorean baru bisa, dan udah males (lagi!) karena ujan yang dingin, brrr!!! Ujan ini juga bikin gue ga jadi beli engsel lemari di pangpol, sebenernya darurat neh karena bokap kan libur besok, biasanya dia suka ngerjain gituan... Oops, jadi inget deh besok mo ketengan, a walk-a-thousand-miles day it is; ato kali ini nyobain speda aja yah? Nekad nek lagi ujan-ujan gini.. Tapi sapa tau mama alam sedang mendengar pintaku dan mengabulkannya, hohoho... Sekarang tinggal mau ga gue bangun labih pagi, biar keburu naik sepedanya ;p
 
Pulang ah, i love u, gudbai...
 
 
P.S.: ohya, gimana kalo senin waktunya bicara pelem? ato musik? secara hari paling ngebetein sedunia kan (eits, bukan buat gue yah, itu mah buat orang-orang yang pada ga niat kerja/kuliah/sekolah kaya lo-lo pada, huehehehe...)
 
P.S.: (LAGIII!) breng!@#$!!! Gue kan nungguin donlod apdet anti-virus, napa ga slese-slese yah, ngulang mulu? Tau gitu gue pulang dari tadi!!!!!!!!!!!!!!!

Friday, November 07, 2008

[imel] Too Much Information Will Kill You?

Terlalu banyak imel setiap hari yang gue terima, membuat arus informasi berjalan terlalu cepat di sekitar gue; buzzing things passed around me, yet they were unimportant, small detail that consumed most of my time.. Ga heran sampe gue menjadi "sangat responsif" terhadap info-info dari imel-imel ini. Segala macam info, joke, gambar, animasi, klip lucu, apa pun itu bentuknya, bisa datang menuju inbox gue berkali-kali. Yang jelas, dibanding temen-temen di sekitar gue, tebak sapa yang paling jayus kalo diceritain sebuah joke? GUE! Abis udah denger sih sebelumnya.. Tapi siapa juga yang suka tulalit nanggepin suatu gosip? Gue juga!
 
Lho, kok  gue juga???
 
Banyaknya imel itu gak membuat gue well-informed dengan hal-hal yang terjadi di dunia ini, malah kadang buat gue gondok karena waktu untuk donlod imel jadi lamaa, dah gitu belon abis dibaca, udah ada antrian imel baru... Bisa dibayangkan, gue adalah orang pertama yang langsung minta mati aja ke Tuhan kalo disuruh pake blackberry ama bos gue. Bukan apa-apa, gue yakin banyaknya imel itu bakal ngalahin jumlah tarikan napas gue dalam sehari. Hiperbolik? Emang, baru tau??! Nah, akhirnya gue suka kelewatan berita-berita yang kadang cuma ada 1 di inbox gue... Kan ada berita populer yang saking tenarnya, banyak yang forward. Tapi ada juga berita unik yang ga ada dobelannya. Akhirnya gue ga ngeh pas tiba-tiba Dewi Persik udah cerei, ato Angel Karamoy hamil di luar nikah. Sayang padahal, udah buat album rohani gitu, mo ngomong apa ama dunia kalo kayak gitu? Eh, maap sodari-sodara, kok malah jadi curhat colongan gini yah gara-gara dulu sempet naksir doi tapi ga kesampean...
 
Tapi mo gimana lagi, gue emang kesel, sama seperti kesel gara-gara teller di bank NISP Pondok Indah Plasa 5 tiba-tiba berubah. Sebabnya sama: kurang informasi! Udah lama emang gue ga nyetor di situ, karena kadang kalo lagi tugas di luar kantor, ya gue nge-bank di tempat lain juga, skalian biasanya menghemat uang parkir. Kemaren pas ke sana, taunya si manis yang biasanya nyapa gue karena udah apal, diganti ama sesosok trainee. Plus ada emak-emak ngomel-ngomel pula, bikin gak nyaman sama skali... Doooh, padahal sosok manis di meja itu selalu jadi penghibur setia gue sebulan sekali. Maap yah daku tak sempat mengucapkan kata-kata perpisahan...
 
Ok, balik to the blackberry, shall we? Ada yang mo beli ga? Harganya kalo diliat-liat sih ga mahal, untuk ukuran orang kaya. Lagian orang miskin mana juga yang mo beli blackberry? So, kalo lo pengen beli blackberry, tapi ngerasa harganya kemahalan, tau diri ya guys, means that cutie little thingy is not meant for you!! Karena itu berarti lu belon pantes punya barang itu. Tadi pagi gue cerita-cerita ama bokap. Bokap gue cukup menemukan kesenangan dalam menjual barang yang satu ini, karena cukup langka, dan perbandingan antara revenue/effort ga separah hape-hape lainnya. Dengan terbatasnya penjualan barang resminya, sebenernya yang dapet untung akhirnya barang gelapnya. Hal yang sama juga terjadi dengan i-phone. Barang ini sebenernya ga butuh waktu lama untuk jadi populer di indo, kalo aja barang resminya buruan dirilis di sini. Tapi karena ga ada kabar soal itu, ya kembali lagi, barang gelapnya merajalela di pasaran. Sebenernya kalo bokap gue mau agak sradak-sruduk, dengan modal internet unlimited 100-200rb sebulan, mungkin dia bisa jualin barang-barang ini, yang infonya dengan gampang berseliweran di inet. Forum terbesar se-indonesia (yak seratus! itu kaskus namanya... sapa tadi yang bilang forum big-reds? ah geer lu mo jadi forum yang terbesar, ntar deh ya kapan-kapan...) dan situs jual-beli paling populer (sepengetahuan gue) yaitu iklanbaris.com punya banyak sekali barang kayak gitu, begitu juga situs ponseljakarta. Jangankan blackberry atau i-phone, ngomongin kaskus itu sagala aya deh, dari kacamata item nan trendi sampe MacIntosh terbaru (eh, bener yah? soalnya gue semi-ngarang, abis ampir ga pernah masuk situ).
 
 
Oh well, berhubung banjir informasi seperti ini, sebenernya ga salah kalo gue mau jadi semacam prosesor yang mengolah semuanya dan kemudian membagikan kembali ke komunitas (cieileee, bahasanya beratss boo!!!), dengan cara menulisnya di blog. Niatnya bener-bener tulus murni seputih salju, realisasinya yang jauh milan dari roma (maksudnya posisinya di klasemen seri-A, saat tulisan ini dibuat), jadi malu sendiri deh kalo dicela-cela ama sesama blogger lain yang lebih konsisten...
 
Rencananya ke depan gue akan menulis berbagai hal-hal topikal berdasarkan hari-hari tertentu dalam seminggu. Topiknya kira-kira: (i) film; (ii) musik; (iii) sosial; (iv) gaming; (v) WWSD (what would steve do); (vi) church-time devotional. Yang sudah pasti itu adalah poin (i), (iii), (v). Poin (vi) agak meragukan, karena sebenernya udah ada blognya tersendiri, tapi ga pernah diisi; sedangkan topik olahraga ga masuk di sini, karena udah ada blog yang lain. Dan bukan hanya satu, dua, tapi TIGA, sodara-sodari... Jadi malulah daku kalo sampe semuanya terbengkalai, seperti yang pernah diprediksikan oleh rekan blogger gue. She seems to know me better than i do, hohoho...
 
 
Key now, before i end this post, here is one of my all-time favorite humor column, from an Indian-born American columnist, Melvin Durai. Enjoyclick to enter site

[imel] Siap Untuk Menulis?

Buat yang bilang kalo nge-blog sehari sekali itu susah, siapa bilang? Buat yang bilang itu perkara kecil, masa siiihh???
 
 
Jadi maksudnya apa?
 
Sebagian orang bilang kalo nulis itu masalah bakat, talenta yang dipunyai sebagian (kecil) manusia di dunia ini. Sementara menurut bang Arswendo Atmowiloto (yang dulu di Hai pake nick Wendo --maklum, suka baca Lupus di taon 80an...), asal kamu bisa baca dan tulis, maka kamu bisa jadi penulis. Masa iya segitu gampangnya? Mas Wendo, dalam bukunya "Mengarang Itu Gampang", dengan caurnya buka-bukaan tentang kepenulisan yang sering dianggap sesuatu yang angker. Dengan nyeleneh bahkan ia mencoba mengeksplorasi ide yang tampak ekstrim menjadi suatu kesatuan. Well, buku ini pertama kali dicetak di awal dekade 80-an, dan menurut pengarangnya: "sedang dijajal dan belum ketauan hasilnya." Kemudian setelah beberapa kali cetak ulang, akhirnya di awal abad ini kembali diperbaharui (gue rasa sih cuma diperbaharui kata pengantarnya aja, hehehe...)
 
Hasil yang belon ketauan yang disebut di kata pengantar edisi pertama itu gue rasa sudah menelurkan penulis-penulis muda yang potensial di era 80-an. Seperti yang gue sebut di atas, siapa anak muda (bahkan anak SD seperti gue waktu itu; juga sampe orang yang sudah kerja kayak bokap gue) yang tak kenal LUPUS, stereotip anak SMA bertongkrongan rambut gondrong di depan a la John Taylor, yang selalu tak lepas dari permen karet. Juga teman-temannya seperti Boim, Anto, Gusur, Fifi Alone, serta Lulu adiknya dan ibunya. Setelah itu muncul OLGA, potret anak SMA yang berkuncir dua dan suka sekali bersepatu roda kemana-mana. Bicara mengenai Hilman Hadiwijaya, memang akan sangat memakan waktu, karena orangnya jelas lebih kreatif dari pada tokoh ciptaannya, yang punya keisengan luar biasa, tapi tetap beretika.
 
Jangan lupakan juga Gola Gong (maaf ga tau nama aslinya, khilaf nih lupa..) dengan Roy yang selalu menyajikan balado.. eh, balada maksud gue, dalam "Balada Si Roy". Berhubung belom pernah baca, ga cerita sekarang deh yaa... lain kali deh, janji! Belum lagi Fira Yuniar.. waduh maap salah orang, Fira Basuki maksudnya, yang sangat terobsesi dengan rumah, jadi novel-novelnya pasti berjudul bagian-bagian dari rumah, seperti "Pintu", "Jendela", "Atap", "Pager" (yang terakhir boong). Masih ada yang ga disebut di sini, karena keterbatasan ingatan gue, yang waktu kecil dulu selain baca bukunya Hilman, juga Astrid Lundgren, Alfred Hitchcock (Trio Detektif), dan R.A. Kosasih (cerita wayang, penting untuk mengobarkan semangat hobi perang, hohoho...)
 
Belum lagi dengan komputer yang ga banyak seperti sekarang, pasti 9 dari 10 anak sekolah dulu punya yang namanya buku harian. Di situ semua keluh kesah ditumpahkan, setelah penuh diganti lagi. Ada yang masih nyimpen, ada yang mungkin sudah dibuang, setelah sebelumnya disobek-sobek karena malu. Dan kalo ada cowo yang protes, sori yah, kebiasaan ini bukan cuma monopoli cewe loh!
 
Jadi, masih ngaku ga bisa (atau ga biasa) nulis? Boong itu. Kalo lo-lo semua bisa ketemu temen-temen yang sama tiap hari dan bisa terus ngobrol tanpa keabisan bahan, artinya lu mampu menulis. Taklukkan kemalasan, dan kebiasaan baru akan kau miliki (seperti lagi ngomong ama cermin!)
 
 
ngomong-ngomong, boleh ga tulisan ini diitung buat hari jumat? kan hari ini gue udah nulis (tapi di blog lain sih)  --kata temen gue, bikin blog kowq buanyak benerrr, kayak mo diisi semua aje... mana kalo diniatin one-blog-one-day, bisa-bisa kerjaan gue cuma nge-blog doank tiap ari, busettt!!!

Wednesday, November 05, 2008

A Little Device that Won't Eat

Udah dua hari ama hari ini, my weenie bittie netbook -- ok, buat yang masih blom tau, karena belon disebut tipenya apa, it's ACER, yang ama sebagian orang disebut "Agak CEpat Rusak!", Aspire ONE versi XP -- mogok bermain-main.  Sebenernya gue beli versi XP ini bukan karena gue pro-Win$, tapi karena ga tahan aja kalo versi linux-nye cuma dijatah 8GB kapasitas penyimpannya, dan itu bukan harddisk pula, tapi cuma solid-state-disk (kalo ga salah itu singkatannya dari SSD) -> catet ini! Makanya gue bela-belain beli versi yang gedean ini, dengan wanti-wanti bakal gue masukin OS linux terpopuler saat ini: ubuntu.
 
Apa lacur (jangan mikir yang ngga-ngga yah, ini bahasa indonesia resmi lho, ada di kamus -- bukan apa-apa, soalnya temen gue yang nama samarannya ARDI suka sensitip denger kata itu), ternyata si mungilku ini ga mo menelan santapan yang sudah kukhususkan untuknya. Dengan perlengkapan minus cd-rom drive, kebayang kan emang susahnya mo instal macem-macem program, apalagi OS yang kudu di-booting (ini masih susah dicari padanan bahasa indonesianya) dari CD. Bisa sih dari flash drive, tapi ngga umum (terutama buat gue! pokoke, semua yang ga umum buat gue, ga umum juga buat masyarakat umum). Dan sekarang, setelah gue belajar di inet --dan ternyata gampang! -- malah hasilnya ga sesuai yang gue mau. Begadang sampe jam 2 pun ga ada gunanya, sambil berharap semoga besoknya (yaitu hari ini), peruntungan gue bisa berubah setelah melihat nasihat para suheng di inet...
 
 
BEBERAPA HAL MEMANG BISA BERUBAH
 
Ga ada yang berubah ternyata, termasuk si kecil yang masih tetap kecil, dan masih ga napsu makan. Mungkin kalo ada yang berubah, itu adalah gue, yang semakin sutressss... karena SPURS, si sayangkoe yang lain, kalah lagi!!! Rekor 0-3 ini sangat menakjubkan, karena selain happening (ini sebenernya bahasa apa seh??!!! bahasa gaul sih kayanya, tapi ga meaning bangeddd dey...) di tahun ganjil yang adalah tahun dimana SPURS bermain lebih baik dari 29 tim NBA yang lain, juga rekor buruk ini adalah pertama kalinya sejak pindah dari Dallas (namanya dulu Dallas Chapparrals), tiga tahun sebelum Tim Duncan lahir. Juga tim yang ngalahin ga jauh-jauh, si Dallas Mavs itu. Dong-dong emang, tiga kali kalah dari tim yang lolos playoff musim lalu tapi langsung kalah di babak pertama. Dan mereka juga sama-sama baru ngerekrut jagoan tua yang sebenernya udah ampir karatan: Shaq (Suns, mid-season kemaren), Jason Kidd (Mavs, mid-season kemaren juga), ama Ron Artest (Rockets).
 
 
KEEP BLOGGING CONTINOUSLY
 
Namanya mo konsisten, kadang ga perlu alasan. Seperti gue, banyak alasan yang gue pake sebagai dalih males nge-blog tiap hari. Kali ini, pertahanan terakhir udah ampir runtuh, karena apa yang gue impikan selama ini sudah terpenuhi. Dengan komitmen untuk one-post-one-day, coba liat aja ke depannya gimana... Kalo untuk hal-hal seperti ini, ngajak temen emang paling enak. Sooo... korban gue sekarang bisa diliat di blog ini. Gue mo coba apakah gue bisa tetep setia, juga sambil ngingetin ni anak ngisi blognya juga, soalnya yang pertama jayus, hahaha...
 
Dan seperti gue akan mencoba melindungi komitmen ini dari si jahat yang merongrong, gue juga pastinya berusaha sekuat tenaga menjaga benteng terakhir motivasi gue, si aspire one yang cantique. Seperti tadi pagi yang berhujan deras-meras (kata majemuk yang gue bikin sendiri), terpaksa gue pake jaket 3 lapis. Yang pertama adalah reguler, CNI punya. Abis pake tas, kudu dilindungin ama jaket ujan asli biar ga tembus air (walopun jaket pertama cukup waterproof). Tapi karena tasnya kegedean, ga muat deh jaket ujannya dikancingin. Kemaren-kemaren gue masih bisa cuek depannya ga pake lagi, tapi kali ini kayaknya bakal basah juga deh kalo ga ditutupin. Untung gue keinget ama jaket ujan senior yang udah dipensiunkan karena kancingnya dah pada copot dan agak robek di bagian kepala, lumayanlah kalo cuma dipake buat nutupin doank, skalian memastikan supaya malaikat kecilku tidak kenapa-napa (buset, udah berapa banyak yah julukan buat netbook ini???)
 
 
TIDAK ADA YANG ABADI
 
Dan ujan itu, selain ga kenal kompromi (iya, masa ujan pas gue udah mandi?? kalo mau turun, pas gue belom masak air donk!! biar gue bisa tidur lageee...), juga ga kenal tempat, dan ga adil! Setelah melewati setengah lebih jalan ke kantor, yang ada hanya kekeringan abadi (hingga detik ini, di kantor belon ada setitik air pun yang turun, padahal udah mo jam 12 -- apa epeknya yah udah mo jam 12??). Dengan tersapu-sapu malu, daku pun masuk kantor, sambil ngeberesin jas ujan yang banyak dan ribet ini.
 
Sama seperti ujan yang akhirnya brenti, gue pun, walaupun dengan berat hati, harus memutuskan untuk berhenti menulis, meskipun hanya untuk sesaat dan sementara. Sambil terus mengais ide untuk mengisi blog-blog yang lain, termasuk 1 yang sebenernya menjadi favorit gue (favorit koq belom diisi, bener-bener tak terduga!!!), gue cuma mo mengingatkan bahwa sesuatu yang berawal pasti berakhir.
 
 
Hari ini pun berakhir sudah... buat gue!